Rabu, 17 November 2010

Di balik sisi yang lain

Bagiku idul adha adalah hari di mana aku bisa menyantap daging dengan sepuas-puasnya. Maklum saja, bagi keluargaku makan daging jauh dari kemampuan. Biasanya ibuku memasak daging pemberian kurban dengan resep sederhana, disemur atau dibuat abon supaya awet dan bertahan beberapa minggu, sehingga aku bisa lebih lama makan daging. Itulah yang ada di ingatanku tentang Idul Adha dari tahun ke tahun, sampai aku menjelang usia 13 tahun. Baru pada usia 15 tahun aku mulai megerti di balik ibadah kurban ternyata terdapat makna yang begitu dalam ketimbang hanya makan daging sepuasnya.

Berkurban secara syar'i adalah menyembelih hewan berupa sapi atau kambing pada hari raya Idul adha dan pada hari tasyrik (11,12,13 Dzul Hijjah), tetapi apa yang aku maknai sekarang berkurban adalah mengurbankan segala kenikmatan yang dimiliki untuk kepentingan orang banyak. Berkurban juga berani memberikan apa yang paling dicintai jika diminta oleh Allah.

Aku pernah mendengar, bahwa berkurban adalah memotong nafsu hayawaniyah yang ada pada diri manusia, supaya manusia bisa mengendalikan nafsunya dan menjadi qurban yang diambil dari kata "qoroba" yang artinya dekat. Berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Sudahkah anda berani dan ikhlas mengorbankan kenikmatan pribadi anda untuk orang banyak?

3 komentar:

  1. Ya Rabb... Anugerahkan kepada kami ketaatan layaknya Ibrahim as; kesabaran layaknya Siti Hajar, dan keikhlasana layaknya Ismail as.

    BalasHapus
  2. semoga makna berkorban membuat kita semakin mengerti indahny berbagi dalam kebersamaan dan bisa memetik ilmu ihklas pada keluarga nabi Ibrahim As.
    Amin Ya RABB...

    BalasHapus
  3. berkurban terkadang memang sangat sulit,tapi apa salahnya bagi orang yang sudah berkecukupan untuk berkurban...

    BalasHapus