Rabu, 24 November 2010

Pendidikan Agama Islam 2

  1. Sudahkah anda beragama?Apa alasan anda beragama?
  2. Kalau sudah, mengapa anda masih melanggar perintah agama?
  3. Kapan anda akan melaksanakan perintah agama secara totalitas 'kaffah'?

Jumat, 19 November 2010

Berkurban 2

Mendengar teriakan kakek aku langsung berlari menuju kebun di belakang rumah, tampak orang-orang kampung sudah berkerumun dan membantu kakek. Aku menyeruak masuk ke dalam kerumunan orang-orang kampung dan kulihat tangan kakek sudah bersimbah darah. Pisau yang ada di genggaman kakek juga mengucurkan darah, sebagian memercik dan melumuri pakaian kakek, tampak diraut wajah kakek terbersit suatu kemenangan yang sulit aku lukiskan dengan kata-kata. Beberapa orang maju ke depan dan menyeret kakinya dan membawanya ke tiang gantungan yang telah disediakan. Satu ekor kambing telah selesai disembelih kakek dan masih ada tiga ekor kambing dan satu ekor sapi yang menunggu giliran.

Anak-anak tak kalah sibuknya dengan orang dewasa, mereka menyelinap dibalik kerumunan orang-orang untuk menyaksikan hewan-hewan kurban tersebut disembelih. Ada seorang anak yang menangis dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya, tetapi terkadang merenggangkan jari-jemarinya dan melihat ke arah hewan yang disembelih. Seorang bocah dengan suara yang lantang meneriaki kawannya" awas... ojo cedhak-chedak ! mengko disrudhuk bandot kowe" katanya, jangan dekat-dekat! nanti kamu diseruduk kambing besar. Bandot adalah sebutan untuk kambing jantan yang memiliki tubuh besar dan perkasa dan biasa dipakai sebagai pejantan yang unggul.

satu persatu hewan-hewan kurban itu menghembuskan nafasnya yang terakhir di tangan kakekku. Yang terakhir adalah seekor sapi putih besar yang aku beli bersama kakek di pasar hewan. Tak perlu butuh waktu lama untuk menjagal 4 ekor kambing dan seekor sapi, hanya dalam waktu 2 jam semuanya selesai disembelih dan dikuliti. Seluruh laki-laki dewasa dan remaja di kampungku ikut membantu pelaksanaan kurban. Para ibu-ibu pun sibuk menyiapkan berbagai hidangan dan minuman untuk para bapak-bapak dan seluruh yang membantu.

Akhirnya daging-daging yang sudah dipotong-potong dibagi-bagikan kepada seluruh penduduk di kampungku, wajah mereka begitu bersuka cita karena mereka berkesempatan makan daging walaupun hanya setahun sekali.

Rabu, 17 November 2010

Di balik sisi yang lain

Bagiku idul adha adalah hari di mana aku bisa menyantap daging dengan sepuas-puasnya. Maklum saja, bagi keluargaku makan daging jauh dari kemampuan. Biasanya ibuku memasak daging pemberian kurban dengan resep sederhana, disemur atau dibuat abon supaya awet dan bertahan beberapa minggu, sehingga aku bisa lebih lama makan daging. Itulah yang ada di ingatanku tentang Idul Adha dari tahun ke tahun, sampai aku menjelang usia 13 tahun. Baru pada usia 15 tahun aku mulai megerti di balik ibadah kurban ternyata terdapat makna yang begitu dalam ketimbang hanya makan daging sepuasnya.

Berkurban secara syar'i adalah menyembelih hewan berupa sapi atau kambing pada hari raya Idul adha dan pada hari tasyrik (11,12,13 Dzul Hijjah), tetapi apa yang aku maknai sekarang berkurban adalah mengurbankan segala kenikmatan yang dimiliki untuk kepentingan orang banyak. Berkurban juga berani memberikan apa yang paling dicintai jika diminta oleh Allah.

Aku pernah mendengar, bahwa berkurban adalah memotong nafsu hayawaniyah yang ada pada diri manusia, supaya manusia bisa mengendalikan nafsunya dan menjadi qurban yang diambil dari kata "qoroba" yang artinya dekat. Berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Sudahkah anda berani dan ikhlas mengorbankan kenikmatan pribadi anda untuk orang banyak?

Jumat, 12 November 2010

Mari berpikir

1. Sejak kapan anda berpikir?
2. Apa saja yang anda Pikirkan?
3. Apakah yang saudara pikirkan itu termasuk filsafat?
4. Apa untungnya saudara berfilsafat?

Antara ilmuwan dan alim

Pernahkan saudara perhatikan kumpulan-kumpulan pengetahuan yang ada, belum dikatakan "ilmu" apabila belum diikat dengan metode ilmiah, dan ketika pengetahuan-pengetahuan tersebut diikat dengan metode ilmiah baru disebut" Ilmu Pengetahuan". Adapun orang-orang yang menguasainya disebut dengan "ilmuwan". Kalau melihat pengertian " pengetahuan" secara etimologi, maka kata tersebut berasal dari bahasa Arab "'alama" yang berarti pengetahuan. Adapun orang-orang yang memiliki pengetahuan menurut bahasa Arab disebut "aliim".
"Ilmu Pengetahuan" dengan demikian memiliki arti "pengetahuan-pengetahuan" atau terjadi pengulangan bahasa, pertama "ilmu" dan kedua "pengetahuan". Dalam bahasa Inggris "pengetahuan" disebut " Knowledge" dan "Ilmu Pengetahuan" disebut "Science".
Kalau dilihat dari pelakunya, orang yang berilmu disebut"ilmuwan" menurut saya kurang tepat, sebaiknya orang yang memiliki ilmu disebut"aliim", karena orang yang memiliki ilmu tidak hanya sekedar tahu tetapi juga harus alim.
Sedangkan istilah "Alim" dalam bahasa kita diartikan orang yang memiliki pengetahuan-pengetahuan Agama dan mengamalkannya. Dengan mengartikan seperti ini berarti kita juga bisa mempertanggung jawabkan pengetahuan kita secara moral, bukan hanya kognitif belaka, sebagaimana yang dimiliki"ilmuwan".
Dalam kenyataan banyak ilmuwan yang memahami bahwa ilmu itu bebas nilai, sehingga bebas melakukan apa saja dengan ilmunya. Pada orang yang disebut "Aliim" harus membebaskan diri dari segala bentuk kesalahan-kesalahan yang dimiliki manusia dan ada usaha untuk selalu memperbaiki diri.
Terserah kepada anda, apakah mau disebut "ilmuwan" atau "alim"

Rabu, 10 November 2010

Berkorban

Sebantar lagi hari raya Idhul Adha segera tiba, yang teringat dalam benakku ketika masih kecil dulu adalah seekor kambing disembelih dan dagingnya dibagikan kepada penduduk desa secara merata. Kakekku pernah bercerita bahwa" barang siapa yang berkurban dengan menyembelih kambing, maka kelak di akherat hewan tersebut akan menjadi tunggannya di surga", mendengar cerita kakekku aku berfikr, kalau kambing yang saya korbankan kecil, apakah kuat aku naiki? sementara badanku saja lebih besar dari kambing yang aku korbankan? bagaimana bagi mereka yang tidak pernah berkurban, berarti mereka tidak menunggangi hewan tunggangan? saya pun tidak tahu darimana pengetahuan kakekku tentang hal tersebut, rasanya saya kurang sependapat dengan kakek mengenai hal ini.
Pagi itu kakek mengajakku ke pasar hewan, dengan mengendarai sepeda motor kesayangannya DKW buatan jerman tahun 1954 kami berjalan menyusuri jalanan desa yang masih terlihat basah karena hujan semalam, beberapa orang menegur kakek dan melambaikan tangan ke arah kami, kakek membalasnya dengan membunyikan klakson motornya.
sesampainya di pasar hewan kakek membawaku ke sebuah warung sate kambing langganan kakek. kakekku sangat gemar sekali menyantap sate kambing, katanya sate kambing di warung ini dagingnya empuk dan bumbunya sangat meresap. kakekku memesan 15 tusuk sate dan 2 piring nasi putih. sambil menunggu pesanan kami selesai kakek menarik tanganku dan menuju ke tempat penjualan sapi, terlihat beberapa ekor sapi yang gemuk-gemuk dan berwarna putih, aku agak merapat ke tubuh kakek karena aku takut diseruduk sapi, kakekku bilang " ora usah wedi" (jangan takut katanya). kakekku berbincang dengan penjual sapi tersebut dan melihat lihat sapi dagangannya. belum selesai menawar penjual sate memanggil kami, bahwa sate kambing pesanan kami sudah siap. kemudian aku dan kakek kembali ke warung sate kambing, sambil makan sate kambing kakekku mengutarakan niatnya, bahwa tahun ini akan berkurban seekor sapi, mendengar penuturan kakek aku terkejut dan dan heran dan membuatku kembali teringat kata-kata kakek tentang perihal kurban." kalau begitu kek tunggangan kakek di surga nanti seekor sapi?" tanyaku." yo, nek sapi kuwi kanggo wong pitu le" katanya, maksudnya kalau sapi itu untuk orang tujuh. Aku masih bingung, kenapa kalau seekor kambing untuk satu orang, sedangkan sapi untuk tujuh orang? bukankah kambing atau sapi nyawanya juga satu....

Selasa, 09 November 2010

Epistemologi Mbah Marijan

Menarik menyimak tulisan-tulisan tentang sang kuncen Merapi Mbah Maridjan yang belakangan santer ditulis di berbagai media cetak dan di berbagai blog di internet. Mabah Maridjan bukan satu-satunya orang yang mencoba melakukan pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan dengan rasa. Apa yang dirasakannya kemudian dijadikan pijakan oleh-orang yang ada di sekitarnya dan kemudian dipercayai sepenuhnya sebagai suatu pengetahuan yang benar dan diikuti bahkan diyakini dengan sepenuh hati. Ketika pernyataan-pernyataan yang disampaikan Mbah maridjan tentang gunung teraktif di dunia ini tidak akan meletus pada tahun 2006 ternyata benar, semakin meyakinkan orang bahwa Mbah Maridjan tahu betul dan bahkan kenal betul dengan gunung tersebut.Peristiwa itu kemudian melambungkan nama Mbah Maridjan, sampai membawanya ke dunia advertising sebagai tokoh iklan dengan slogan" roso..roso". Pengetahuan semacam ini bukan tidak memiliki dasar, Mbah Maridjan selalu melakukan pengamatan secara langsung dan terus menerus, sehingga apa yang disampaikannya berdasarkan data-data hasil pengamatannya.
Tetapi pada erupsi merapi tahun 2010 bulan oktober kemaren, mbah Maridjan meleset dalam menyimpulkan hasil pengamatannya. Pertanyaannya apa yang salah dalam pengamatan Mbah Maridjan? atau sebenarnya Mbah Maridjan sudah tahu tapi tidak mau berpisah dan menginginkan lebur dengan Merapi, karena dalam tradisi masyarakat Jawa, ada ajaran tentang penyatuan.

Minggu, 07 November 2010

Pendidikan Agama Islam

1. Apakah agama itu?
2. Mengapa saudara beragama?
3. Bagaimana pengaruh Agama terhadap perilaku saudara?
4. Bagaimana Pendapat Saudara tentang, Islam Yes, Partai Islam No?

Kamis, 04 November 2010

Belum beragama

sungguh sulit untuk dimengerti, bahwa selama ini kita betul-betul tuli dan buta terhadap agama yang kita yakini kebenarannya.
Sebelum kita betul-betul mengerti kita tidak pernah akan memahami dan menyadari arti agama bagi kita.
terlebih memaknai dan mengamalkan isi ajarannya.
kita hanya mengolok-olok dan mengeruhkan makna agama saja.
sebaiknya pertanyakan kembali agama pada diri kita sendiri, sebelum menilai keberagamaan orang lain....
selama ini kita hanya menyeret-nyeret agama untuk pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan, bukan sebaliknya.... atau agama untuk melabeli gerakan-gerakan atas nama pribadi supaya di amini oleh orang-orang yang juga tak mengerti agama tapi enggan dikatakan kafir