Rabu, 10 November 2010

Berkorban

Sebantar lagi hari raya Idhul Adha segera tiba, yang teringat dalam benakku ketika masih kecil dulu adalah seekor kambing disembelih dan dagingnya dibagikan kepada penduduk desa secara merata. Kakekku pernah bercerita bahwa" barang siapa yang berkurban dengan menyembelih kambing, maka kelak di akherat hewan tersebut akan menjadi tunggannya di surga", mendengar cerita kakekku aku berfikr, kalau kambing yang saya korbankan kecil, apakah kuat aku naiki? sementara badanku saja lebih besar dari kambing yang aku korbankan? bagaimana bagi mereka yang tidak pernah berkurban, berarti mereka tidak menunggangi hewan tunggangan? saya pun tidak tahu darimana pengetahuan kakekku tentang hal tersebut, rasanya saya kurang sependapat dengan kakek mengenai hal ini.
Pagi itu kakek mengajakku ke pasar hewan, dengan mengendarai sepeda motor kesayangannya DKW buatan jerman tahun 1954 kami berjalan menyusuri jalanan desa yang masih terlihat basah karena hujan semalam, beberapa orang menegur kakek dan melambaikan tangan ke arah kami, kakek membalasnya dengan membunyikan klakson motornya.
sesampainya di pasar hewan kakek membawaku ke sebuah warung sate kambing langganan kakek. kakekku sangat gemar sekali menyantap sate kambing, katanya sate kambing di warung ini dagingnya empuk dan bumbunya sangat meresap. kakekku memesan 15 tusuk sate dan 2 piring nasi putih. sambil menunggu pesanan kami selesai kakek menarik tanganku dan menuju ke tempat penjualan sapi, terlihat beberapa ekor sapi yang gemuk-gemuk dan berwarna putih, aku agak merapat ke tubuh kakek karena aku takut diseruduk sapi, kakekku bilang " ora usah wedi" (jangan takut katanya). kakekku berbincang dengan penjual sapi tersebut dan melihat lihat sapi dagangannya. belum selesai menawar penjual sate memanggil kami, bahwa sate kambing pesanan kami sudah siap. kemudian aku dan kakek kembali ke warung sate kambing, sambil makan sate kambing kakekku mengutarakan niatnya, bahwa tahun ini akan berkurban seekor sapi, mendengar penuturan kakek aku terkejut dan dan heran dan membuatku kembali teringat kata-kata kakek tentang perihal kurban." kalau begitu kek tunggangan kakek di surga nanti seekor sapi?" tanyaku." yo, nek sapi kuwi kanggo wong pitu le" katanya, maksudnya kalau sapi itu untuk orang tujuh. Aku masih bingung, kenapa kalau seekor kambing untuk satu orang, sedangkan sapi untuk tujuh orang? bukankah kambing atau sapi nyawanya juga satu....

1 komentar:

  1. mungkin inilah salah satu contoh,klu hidup itu tidak slu dihitung dgn matematika,saya sendiri tidak paham kenapa 1kambing = 1orng atau 1sapi=7orang,
    tapi yang jelas bagi yang mampu 1orang = bisa berkorban 2,3,4,5 dst kambing atau sapi.

    BalasHapus