Selasa, 05 Oktober 2010

sawahku

Ketika sawah di desaku masih terhampar luas dan belum berganti dengan ladang tebu, sawah itu mengajari kami bagaimana saling tolong menolong, di sawah itu pun kami masih bisa berbagi dengan burung-burung pipit yang memunguti bulir-bulir padi saat setelah panen tiba. Para orang dewasa, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, semua berbaur menjadi satu bahu-membahu saling membantu memanen padi.
Para wanita dengan cekatan memainkan ani-ani dan memotong satu-persatu batang padi yang sudah mulai merunduk karena beban buliran padi yang begitu padat, diantaranya ada yang sambil bersenandung menyanyikan kidung jawa yang syarat dengan makna kehidupan. Sebagian yang lain sambil bercanda dan bercerita tentang keperkasaan suami mereka semalam dan tentang kenakalan anak-anak mereka yang lucu-lucu.
Para bapak mengumpulkan batang-batang padi yang telah dipotong dan mengikatnya dalam satu kesatuan yang bersusun rapi, lalu meletakkannya pada sebatang bambu pada kedua ujungnya. Bambu itu berfungsi sebagai alat untuk memikul. Orang di desaku menyebutnya pikulan. Sambil mengikat padi-padi tersebut sebagian mereka menghisap rokok kretek yang mereka buat sendiri dari racikan tembakau dan sedikit ditaburi bubuk kemenyan, sehingga ketika asap yang dihisap itu disemburkan aroma kemenyan itu langsung menusuk hidung siapa saja yang ada didekatnya. Meskipun mereka tahu bahwa rokok kelembak menyan, begitu mereka menyebutnya berbahaya bagi pernafasannya mereka tetap setia menghisapnya.
Anak-anak tampak berlarian ditengah-tengah sawah sambil sesekali berteriak saling mengejek dan penuh canda tawa. Mereka membuat seruling dengan menggunakan batang padi, ada juga yang membuat mainan berbentuk wayang dan kitiran, tampak wajah ceria mereka yang tidak pernah tahu bahwa kelak ketika mereka dewasa sawah itu telah berubah menjadi perumahan atau gudang-gudang perusahaan.
Tetapi setelah sawah itu berubah menjadi ladang tebu yang dikontrak oleh pabrik gula, ladang tebu itu mengajari kami mencuri, tebu-tebu itu membuat kami bersaing untuk mencuri dan tidak tertangkap oleh pak mandor yang menjaga tebu-tebu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar