Menarik menyimak tulisan-tulisan tentang sang kuncen Merapi Mbah Maridjan yang belakangan santer ditulis di berbagai media cetak dan di berbagai blog di internet. Mabah Maridjan bukan satu-satunya orang yang mencoba melakukan pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan dengan rasa. Apa yang dirasakannya kemudian dijadikan pijakan oleh-orang yang ada di sekitarnya dan kemudian dipercayai sepenuhnya sebagai suatu pengetahuan yang benar dan diikuti bahkan diyakini dengan sepenuh hati. Ketika pernyataan-pernyataan yang disampaikan Mbah maridjan tentang gunung teraktif di dunia ini tidak akan meletus pada tahun 2006 ternyata benar, semakin meyakinkan orang bahwa Mbah Maridjan tahu betul dan bahkan kenal betul dengan gunung tersebut.Peristiwa itu kemudian melambungkan nama Mbah Maridjan, sampai membawanya ke dunia advertising sebagai tokoh iklan dengan slogan" roso..roso". Pengetahuan semacam ini bukan tidak memiliki dasar, Mbah Maridjan selalu melakukan pengamatan secara langsung dan terus menerus, sehingga apa yang disampaikannya berdasarkan data-data hasil pengamatannya.
Tetapi pada erupsi merapi tahun 2010 bulan oktober kemaren, mbah Maridjan meleset dalam menyimpulkan hasil pengamatannya. Pertanyaannya apa yang salah dalam pengamatan Mbah Maridjan? atau sebenarnya Mbah Maridjan sudah tahu tapi tidak mau berpisah dan menginginkan lebur dengan Merapi, karena dalam tradisi masyarakat Jawa, ada ajaran tentang penyatuan.
setiap manusia mempunyai insting, tinggal dia mau tidak mendapatkan insting tersebut, apabila dia dekat dengan Allah dengan cara selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi semua larangannya, maka instingnya akan terasah dengan baik
BalasHapus