Mendengar teriakan kakek aku langsung berlari menuju kebun di belakang rumah, tampak orang-orang kampung sudah berkerumun dan membantu kakek. Aku menyeruak masuk ke dalam kerumunan orang-orang kampung dan kulihat tangan kakek sudah bersimbah darah. Pisau yang ada di genggaman kakek juga mengucurkan darah, sebagian memercik dan melumuri pakaian kakek, tampak diraut wajah kakek terbersit suatu kemenangan yang sulit aku lukiskan dengan kata-kata. Beberapa orang maju ke depan dan menyeret kakinya dan membawanya ke tiang gantungan yang telah disediakan. Satu ekor kambing telah selesai disembelih kakek dan masih ada tiga ekor kambing dan satu ekor sapi yang menunggu giliran.
Anak-anak tak kalah sibuknya dengan orang dewasa, mereka menyelinap dibalik kerumunan orang-orang untuk menyaksikan hewan-hewan kurban tersebut disembelih. Ada seorang anak yang menangis dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya, tetapi terkadang merenggangkan jari-jemarinya dan melihat ke arah hewan yang disembelih. Seorang bocah dengan suara yang lantang meneriaki kawannya" awas... ojo cedhak-chedak ! mengko disrudhuk bandot kowe" katanya, jangan dekat-dekat! nanti kamu diseruduk kambing besar. Bandot adalah sebutan untuk kambing jantan yang memiliki tubuh besar dan perkasa dan biasa dipakai sebagai pejantan yang unggul.
satu persatu hewan-hewan kurban itu menghembuskan nafasnya yang terakhir di tangan kakekku. Yang terakhir adalah seekor sapi putih besar yang aku beli bersama kakek di pasar hewan. Tak perlu butuh waktu lama untuk menjagal 4 ekor kambing dan seekor sapi, hanya dalam waktu 2 jam semuanya selesai disembelih dan dikuliti. Seluruh laki-laki dewasa dan remaja di kampungku ikut membantu pelaksanaan kurban. Para ibu-ibu pun sibuk menyiapkan berbagai hidangan dan minuman untuk para bapak-bapak dan seluruh yang membantu.
Akhirnya daging-daging yang sudah dipotong-potong dibagi-bagikan kepada seluruh penduduk di kampungku, wajah mereka begitu bersuka cita karena mereka berkesempatan makan daging walaupun hanya setahun sekali.
Anak-anak tak kalah sibuknya dengan orang dewasa, mereka menyelinap dibalik kerumunan orang-orang untuk menyaksikan hewan-hewan kurban tersebut disembelih. Ada seorang anak yang menangis dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya, tetapi terkadang merenggangkan jari-jemarinya dan melihat ke arah hewan yang disembelih. Seorang bocah dengan suara yang lantang meneriaki kawannya" awas... ojo cedhak-chedak ! mengko disrudhuk bandot kowe" katanya, jangan dekat-dekat! nanti kamu diseruduk kambing besar. Bandot adalah sebutan untuk kambing jantan yang memiliki tubuh besar dan perkasa dan biasa dipakai sebagai pejantan yang unggul.
satu persatu hewan-hewan kurban itu menghembuskan nafasnya yang terakhir di tangan kakekku. Yang terakhir adalah seekor sapi putih besar yang aku beli bersama kakek di pasar hewan. Tak perlu butuh waktu lama untuk menjagal 4 ekor kambing dan seekor sapi, hanya dalam waktu 2 jam semuanya selesai disembelih dan dikuliti. Seluruh laki-laki dewasa dan remaja di kampungku ikut membantu pelaksanaan kurban. Para ibu-ibu pun sibuk menyiapkan berbagai hidangan dan minuman untuk para bapak-bapak dan seluruh yang membantu.
Akhirnya daging-daging yang sudah dipotong-potong dibagi-bagikan kepada seluruh penduduk di kampungku, wajah mereka begitu bersuka cita karena mereka berkesempatan makan daging walaupun hanya setahun sekali.
Satu Cita-Cita Satu Keinginan Yang berlum terleasisi Sampai saat ini.
BalasHapusDengan Susah Payah ku kumpulkan sedikit Demi sedikit Rejeki yang ada pada diriku.
Dengan penuh ke iklasan mungkin belum sekarang
mungkin tahun depan jika umur ku panjang
Aku ingin sekali melaksanakan cita2 ku yang mash terpendam
Walau hanya dengan 1 Ekor kambing, membuatku bahagia, dan ku persembahkan buat orang tua yang ku cintai.
Namun di satu sisi aku bertanya2 Bagaimana perasaan hewan2 yang dipotong tersebut.
Sayang mereka tidak dapat berbicara.