Sabtu, 08 Oktober 2011
Ciri berpikir filsafat
Selasa, 02 Agustus 2011
Kampung Pulo Garut
KAMPUNG PULO
A. Sejarah Kampung Pulo
Kampung pulo merupakan suatu perkampungan yang terdapat di dalam pulau di tengah kawasan Situ Cangkuang. Kampung Pulo ini sendiri terletak di Desa Cangkuang, Kampung Cijakar, kecamatan Leles, Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat.
Menurut cerita rakyat, masyarakat Kampung Pulo dulunya beragama Hindhu, laul Embah Dalem Muhammad singgah di daerah ini karena ia terpaksa mundur karena mengalami kekalahan pada penyerangan terhadap Belanda. Karena kekalahan ini Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau kembali ke Mataram karena malu dan takut pada Sultan agung. Beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat kampong Pulo. Embah Dalem Arif Muhammad beserta kawan-kawannya menetap di daerah Cangkuang yaitu Kampung Pulo. Sampai beliau wafat dan dimakamkan di kampumg Pulo. Beliau meninggalkan 6 orang anak Wanita dan satu orang pria. Oleh karena itu, dikampung pulo terdapat 6 buah rumah adat yang berjejer saling berhadapan masing- masing 3 buah rumah dikiri dan dikanan ditambah dengan sebuah mesjid. Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang berdiam di rumah tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah maka paling lambat 2 minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut. Walaupun 100 % masyarakat kampong Pulo beragama Islam tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian upacara ritual hindhu.
B.Letak Geografis
Desa Cangkuang terletak kurang lebih pada jarak 2 Km dari ibu kota Kecamatan, yaitu dilalui oleh jalan PUK (Pekerjaan umum Kabupaten), terletak di Kampung Cangkuang. Batas Desa Cangkuang sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Neglasari Kecamatan Kadungora. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Anyar dan Desa Tambaksari Leuwigoo. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Margaluyu dan Desa Sukarame kecamatan Leles. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talagasari Kecamatan Kadungora dan Desa Leles Kecamatan Leles.[1]
1. Letak Desa Cangkuang Kecamatan Leles
Desa Cangkuang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Termasuk zona tengah (zone depresi) merupakan bagian tenggara zone Bandung, dimana bagian ini merupakan wilayah paling selatan dari zone tengah yang secara morpologis termasuk daerah dataran tinggi sekitar 600-700 m dari permukaan laut. Desa Cangkuang berada di ketinggian 675 m dari permukaan laut.
Desa Cangkuang letaknya di sebelah utara Garut, jaraknya 17 km dari Garut atau 46 km dari Bandung, sedangkan ke kecamatan Leles berjarak 2 km.[2]
Jadi desa Cangkuang ini terletak di antara kota bandung dan Garut, dari Leles masuk ke Desa Cangkuang kurang lebih berjarak 3 km, dengan jalan beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun empat, bahkan ke desa Cangkuang tersebut masih dipertahankan angkutan tradisional delman.
2. Keadaan Iklim
Iklim kabupaten Garut terutama Leles termasuk dalam penggolongan iklim AF (f:feuch) yang berarti lembah, yaitu iklim hujan tropis dengan hujan sepanjang tahun (tiap bulan ada hari-hari hujan). Suhu rata rata di daerah ini 21,5 sampai 23 derajat celcius.
Angka curah hujan di desa Cangkuang umumnya antara 1.800 mm-2.000 mm/tahun, jumlah hari hujan rata-rata dalam setahun ada 122 hari dan Januari merupakan bulan yang paling banyak jumlah hari hujannya.
3. Luas Wilayah
Desa Cangkuang terdiri dari bukit, dan dataran dengan perbandingan 15% tanah berbukit, dan 85% tanah dataran yang meliputi luas keseluruhan 340,755 Ha terdiri dari: sawah seluas 146.500 Ha dan daratan 89 Ha.[3]
4. Keadaan Penduduk Kampung Pulo
Kampung pulo merupakan kampung kecil, terdiri dari enam buah rumah dan enam kepala keluarga. Keadaan demikian bukan hanya sekarang melainkan sejak dulu dan sudah merupakan ketentuan adat bahwa jumlah rumah dan kepala keluarga itu harus enam.
Oleh karena itu bagi kampung pulo sukar atau lama untuk berkembang, baik rumahnya maupun penduduknya dari keenam keluarga itu terdiri:
Tabel no 1 , jumlah penduduk Kampung Pulo[4]
No | Jenis Kelamin | Jumlah | Keterangan |
1 2 | Laki-laki Perempuan | 10 11 | |
| Jumlah | 21 | |
Dari hasil sensus tersebut ternyata bahwa penduduk kampung Pulo lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan perbandingan 10-11.
5. Adat istiadat Kampung Pulo
Dalam adat istiadat Kampung Pulo terdapat beberapa ketentuan yang masih berlaku hingga sekarang yaitu :
a) Dalam berziarah kemakam-makam harus mematuhi beberapa syarat yaitu berupa bara api, kemenyan, minyak wangi, bunga-bungaan dan cerutu. Hal ini dipercaya untuk mendekatkan diri (peziarah) kepada roh-roh para leluhur.
b) Dilarang berjiarah pada hari rabu, bahkan dulu penduduk sekitar tidak diperkennankan bekerja berat,begitu pula Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau menerima tamu karena hari tersebut digunakan unutk mengajarkan agama. Karena menurut kepercayaan bila masyarakat melanggarnya maka timbul mala petaka bagi masyarakat tersebut.
c) Bentuk atap rumah selamanya harus mamanjang (jolopong)
d) Tidak boleh memukul Gong besar
e) Khusus di kampong pulo tidak boleh memelihara ternak besar berkaki empat seperti kambing, kerbau, sapi dan lain-lain.
f) Setiap tanggal 14 bulan Maullud mereka malaksanakan upacara adapt memandikan benda-benda pusaka seperti keris, batu aji, peluru dari batu yang dianggap bermakna dan mendapat berkah. Yang berhak menguasai rumah- rumah adapt adalah wanitadan diwariskan pula kepada anak perempuannya. Sedangkan bagi anak laki-laki yang sudah menikah harus meninggalkan kampong tersebut setelah 2 minggu.
Keterangan Denah Komplek Rumah Adat Kampung Pulo :
1. Rumah Kuncen
2. Rumah Adat
3. Rumah Adat
4. Rumah Adat
5. Rumah Adat
6. Rumah Adat
7. Mesjid Kampung Pulo
Sabtu, 09 April 2011
Akan Datang suatu masa
Suatu ketika nanti orang berhaji ada 4 golongan:
- Pejabat dan penguasa: Mereka menjalankan ibadah haji tetapi hanya sebagai plesiran dan turisme belaka
- Pedagang : Mereka menjalankan ibadah haji tetapi hanya untuk kepentingan bisnis belaka
- orang miskin : mereka berhaji tetapi hanya untuk mengemis
- Ulama: mereka berhaji hanya untuk popularitas saja
Kamis, 31 Maret 2011
Menjadi Manusia yang sadar
Menjadi manusia yang sadar adalah sebuah proses mensyukuri akan nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Sementara mengingkari nikmat Tuhan adalah proses menjatuhkan kemanusiaanya dan membunuh kesadarannya. Inkar nikmat adalah kafir dan kafir merupakan penolakan terhadap rasa ketuhanan dalam diri manusia.
Ruang Lingkup Aqidah
- Ilahiyat : segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan
- Nubuwat : Segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi-nabi dan rasul-rasul, kitab-kitab Suci, Mu'jizat, keramat dan lain sebagainya
- Ruhaniyat : segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, jin dan roh
- Sam'iyat: segala sesuatu yang hanya diketahui dari sam'i 9dalil naqli) seperti barzakh, akhirat, azab kubur, taqdir dan lain sebagainya